Seorang gadis cilik yang bernama
yunita tumbuh di keluarga yang terpandang dan sederhana. Hari-hari dilewati
begitu indah segala keinginannya di penuhui oleh orang tuanya. Sekolahya
berjalan dengan lancar. Masa kecilnya begitu bahagia, dia duduk di bangku TK atau
yang lebih kerennya Playgrup selama 3 tahun. Semasa kecilnya disaat duduk
dibangku TK Yunita selalu memdapatkan berbagai macam piagam penghargaan, mulai
dari juara 1 lomba lari karung Pi, juara 1 lomba lari estavet Pi, juara 1
menari, juara 1 menyanyi solo, juara 1 menghafal surah-surah pendek, juara 1
lomba lari kelereng Pi dan juara 1 lomba melukis dan mewarnai. Selama 3 tahun
Yunita selalu meraih semuanya. Yunita sangat di senangi oleh teman-temanya dan
guru-gurunya.
Hari-hari Yunita
begitu indah, dia selalu mendapatkan hadiah dari Ayahnya ketika pulang dari
luar kota. Ayahnya sering membawakanya pakainan yang berwarba pink, atau
pakain-pakain yang bergambar kartun favorit Yunita. Kehidupan yang begitu
indah, dalam 1 Rumah tinggal bersama Kakek, Ayah, Ibu dan pembantunya. Yunita
setiap harinya selalu meminta uang kepada Kakenya sebelum berangkat sekolah dan
disaat Kakenya menghitung uangnya setiap malam, dia selalu curang saat membantu
Kakenya menghitung uang. Saat Yunita membantu menghitung uang Yunita selalu curang
saat Kakeknya sedang sibuk dan serius menghitung uang hasil jualanya, Yunita
juga sibuk memasukkan uang ke kantong celanya dan terkadang menyelipkan uang
tersebut di cela-cela papan, kemudian berpura-pura mau buang air kecil padahal
sesungguhnya mengambil uang yang ad di celah-celah papan itu. Kemudian dating
kembali dan berpura-pura melanjutkan pekerjaanya, setelah pekerjaannya selesai
Yunita meminta upah pada Kakeknya, “Kakek uang tabungku untuk hari ini mana?” kakekya pun memberikanya uang seperti
biasanya Rp 50.000. Yunita terkadang mendapatkan 10.000 – 20.000 dari hasil
kejahiliannya. Betul-betul Yunita sangat
jahil. Setiap malamnya Yunita menabung semua uang yang di dapatkan, Yunita
sangat rajin menabung dan membantu Kakeknya jualan di pasar saat hari libur.
Uang tabungan itu, Yunita ingin sekali membali baju lebaran. Yunita tidak
pernah mengharapakan pakain lebaran dari orang tuanya atau keluarnya yang lain.
Kelakuan Yunita sebenarnya sudah lama diketahui Kakeknya dan orang tuanya, tapi
tak mau menegurnya, karena kakek dan orang tuanya ingin melihat Yunita sampe
kapan dia akan bersifat demikian dan kapankah Yunita akan Jujur?. Yunita sangat
semangat menabung karena cita-citanya, Yunita ingin menjadi seorang dokter
karena melihat keadaan kakeknya yang selalu sakit-sakitan. Yunita berharap agar
dapat bersekolah dengan uangnya sendiri dan dapat menyembuhkan penyakit
Kakenya. Yunita sangat menyayangi kakeknya, tidurpun Yunita bersama kakeknya,
tapi disaat Yunita tidur lelap Yunita pun digendong oleh Ayahnya ke kamarnya.
Setelah bangun pagi Yunita selalu menangis karena dia tak melihat Kakenya
disampingnya. Akhirnya Yunita dibuatkan kamar oleh Ayahnya disamping kamar
Kakeknya. Yunita senang tidur dengan
kakeknya karena, kakeknya selalu menceritakan pengalaman hidupny pada masa
kecil dulu.
Setiapp pagi
sebelum berangkat kesekolah dan bekerja sudah menjadi tradisi di keluarga
Yunita untuk sarapan. Saat sarapan, makan siang, dan makan malam semua anggota kelurga
harus ada di meja makan untuk bersama-sama menyantap makan yang sudaj ada.
Karena selalu ingin melewatakan hari-harinya bersama keluarga.
Hari-hari
berlalu sepeti biasanya. Yunita sedang membantu kakenya menghitung uang,
kemudian Yunita langsung memeluk Kakeknya dan menagis di pangkuan Kakeknya,
Kakeknya mulanya terkejut melihat Yunita yang selalu ceria tiba-tiba mengais.
Kakeknya berkata “kenapa kamu menagis cucuku, siapa yang telah menyakitimu dan
membuatmu menangis, atau tubuhmu ada yang sakit biar kakek yang obati ” Yunita
“tak ada apa-apa kakek, aku hanya mau jujur kakek bahwa selama ini aku selali
nakal saat membantu kakek menghituny uang, ake salau menyelipkan uang
dikantongku atau di celah-celah papan dan kemudian aku berpura-pura buang air
kecil, sesungguhnya mengambil dan mengamankan uang yang tadi aku sipan kemudian
aku simpan dalam celenganku kek, setelah menghitung aku minta uang tabungan
lagi sama kakek, aku nakal kakek, maafkan aku yah kakek. Aku berjanji akan
bersukap jujur dan membahagian ayah ibu dan kakek”. Kakek “kakek maafkan, rajin
belajaryah, lain kali jangan begitu lagi, ini uang untukmu (kakek membari uang
Yunita Rp 100.000)”. trimkasih kakek, Yunita sayang kakek.
0 komentar:
Posting Komentar