Makna
kata “maaf”
By muh. Danawir alwi
Keheningan
malam lenyap seiring sang fajar yang mulai menyingsing. Kabut tipis yang
menyelubungi kota itu perlahan hilang. Kokok ayam terdengar di atas sebuah
rumah sederhana, tempat seorang anak dan ibunya tinggal, dialah Agus .
Pagi itu,Agus
yang seorang siswa SMA Negeri 3 Sengkang, dengan menggunakan sepeda buntut
ayahnya dia berangkat ke sekolah, seperti biasanya pada hari Kamis dia lebih
awal ke sekolah yang merupakan salah
satu siswa yang membersihkan kelas. Sangat mengherankan memang di zaman yang
sudah modern ini, yang rata-rata anak SMA telah menggunakan motor, dia masih memakai
sepeda ayahnya yang karatan.
Setiba
di sekolah dia langsung mengambil sapu
dan mulai membersihkan, sambil menanti temannya yang juga bertugas pada hari
itu. Di saat bersamaan sesosok wajah yang tiba-tiba saja melewati lantai yang baru saja dipel olehAgus.
“ hai masih kotor tuh, kamu ngepel atau apa”. ujar cewek yang
bernama Siska itu tanpa rasa bersalah.
Dengan sabarAgus mulai membersihkan kembali
lantai yang telah diinjak oleh Siska tadi.
Berbeda denganAgus, Siska adalah seorang
anak yang berpunya, dan sangat membenciAgus karena kemiskinannya. Jam telah
menunjukan pukul 07.30 saat bel berbunyi pertanda proses belajar dimulai.
“selamat pagi anak-anak “ sapaan hangat dari
ibu hj. Astuti yang merupakan guru mata pelajaran bhs. Indonesia
“Pagi bu” siswa serentak.
“ minggu lalu ibu memberikan tugas untuk membuat puisi, pasti kalian telah mengerjakaannyakan, sekarang ibu akan memanggil
salah satu dari kalian untuk membacakan puisinya ” ujar ibu guru.
“Siska coba baca puisimu di
depan “sambung ibu guru”
“a….a….anu bu” Siska gugup
“kenapa fin ayo cepat ke
depan” bu guru penasaran
“tu….tu…tugasku belum
selesai bu”Siska terbatah-batah
“apa, ibukan sudah memberikan waktu selama
seminggu, sekarang
berdiri di depan sampai
mata pelajaran ibu selesai “ bentak ibu
guru mulai kesal.
Dengan perasaan sebal Siska harus menerima
hukuman dari ibu guru.
“Sekarang kamuAgus coba baca puisi kamu di
depan”ujar ibu
guru
“baik bu” jawabAgus
sambil menuju ke depan
Agus yang memang gemar membuat puisi, dengan
lantunan-lantunan khas yang dia bawakan, membuat para teman-temannya terpukau
kecuali satu orang yang malah makin benci kepadanya yaitu Siska. Sepulang
sekolah Siska yang ingin menuntut balas,
dengan bantuan beberapa teman laki-lakinya dari kelas lain dia membocorkan ban
sepeda Agus, tak hanya itu di tengah jalan, Agus dikroyok oleh teman-teman
suruan Siska, untunglah ada seorang bapak yang melihat kejadian tersebut dan
menghentikannya. Melihat bapak itu datang
anak-anak yang mengeroyok Agus segera lari.
“terima kasih pak” ujar Agus sambil berdiri
“iya, apa kamu kenal sama mereka” kata bapak
yang penasaran
“tidak pak, saya juga tidak tau kenapa mereka
memukul saya” sambung Agus
“lain kali hati-hati ya nak” kata bapak itu
sambil meninggalkan Agus.
Keesokan
harinya,Agus yang agak memar pada bagian mukanya, masih berusaha pergi ke
sekolah. Saat akan masuk ke kelas, tiba-tiba Siska yang sudah ada di kelas,
mendekatiAgus.
“
gimana, sakit ya dikroyok kemarin” ujar Siska
“apa kamu yang menyuruh anak-anak itu mengeroyok ku”
Agus bertanya
“kalau iya kenapa, itulah akibatnya kalau
selalu cari perhatian guru” bentak Siska.
“maksud kamu apa”Tanya Agus bingung.
“alah jangan pura-pura bodoh deh”ujar Siska
sambil meninggalkan Agus.
PerasaanAgus bercampur aduk antara marah dan sedih, dia masih
tak percaya mengapa hal itu bisa terjadi seperti itu, tapi dia juga sadar bahwa
dia itu laki-laki tak sepantasnya dia melawan
seorang cewek. Akhirnya diapun dengan perasaan tabah, menuju ke tempat
duduknya.
Sesaat
setelah jam istirahat pak subair memanggilAgus lewat pengeras suara.beberapa
saat kemudianAgus tiba di ruangan pak subair.
“ assalamualaikum
pak”agus memberi salam
“ waalaikumsalam ayo masuk tom”pak subair mempersilahkanAgus
masuk
“ terima kasih pak”balasAgus sambil duduk
“ begini
tom, kamu taukan sebentar lagi kamu akan menghadapi ulangan semester, sedangkan
tunggakan kamu masih belum kamu lunasi” pak subair mumbuka pembicaraan
“
iya saya mengerti pak, tapi saya mohon
beri kami waktu pak, saya janji
saya akan membayarnya pak, Cuma
waktu ini kami tak mempunyai uang pak.agus sambil mengibah
“
Iya,bapak mengerti kesulitan kamu tom, tapi kita juga mempunyai aturan sekolah
yang harus dipatuhi, begini saja nak, bapak kasih waktu sampai 2 minggu nak,
untuk melunasi pembayaran kamu. Cuma itu yang bisa saya lakukan nak,sekarang
kamu boleh pergi. Ulas pak subair
“iya
terima kasih pak” balasAgus sambil meninggalkan ruangan itu
Matahari
terbenam lebih cepat dari biasanya, sebuah percakapan terdengar dari rumah Agus.
“ bu, pak subair tadi mengingatkan Agus bu,
tentang tunggakan Agus selama 4 bulan, yang sampai sekarang belum lunas”Agus
yang agak murung
“sampai sekarang ibu belum punya uang, hasil
dari menjual sayur di pasar saja cuma cukup untuk kita makan saja, kamu sabar
aja ya ibu pasti akan berusaha lebih giat lagi untuk cari uang” ibuAgus mencoba
menenangkan anaknya
“agus juga akan membantu ibu mencari uang” ujar
Agus
“tidak usah tom, itu tugas ibu, tugas kamu
itu belajar agar kelak bisa dapat kerja yang mapan”balas ibu Agus
“tapi bu…..”agus yang agak sedih
“ibu bilang tidak usah nak, kamu belajar aja
yang tekun, itu udah buat ibu senang” ibuAgus sambil menuju ke dapur menyiapkan
makanan.
Keesokan
harinya, seperti biasa pagi ituAgus sudah siap berangkat ke sekolah. Dengan
menggunakan sepedanyaAgus menysuri jalan raya yang masih sepi. Hari itu muka Agus
agak murung, dia masih memikirkan tunggakannya yang belum lunas selama 4 bulan.
Setiba di sekolah,agus langsung memarkirkan sepedanya tak jauh dari kelasnya.
Ketika hendak masuk ke kelas, dia berpapasan dengan Siska
“eh si
miskin udah sampai” ejek Siska
“sampai kapan kamu mau ngejek aku”agus agak
kesal
“ya, sampai kamu ngga miskin”Siska makin
mengejek
“aku memang miskin harta, tapi setidaknya aku
masih punya hati dan teman yang menyayangiku“ balasAgus sambil meninggalkan Siska
Siska seolah diam seribu bahasa mendengar
perkataanAgus tadi, dia tak menyangka kata-kataAgus itu begitu terngiang dalam
telinganya. Dia merasa bahwa dia tak lebih kaya dariAgus. Mungkin dia memiliki
harta tapi tidak untuk kasih sayang dari orang tuanya apalagi teman. Hal itu
masih berlangsung hingga proses pembelajaran dimulai, tanpa sadar Siska
meneteskan air mata.
“
kami kenapa fin” kata ibu astuti yang kebetulan mengajar pada waktu itu
“ oh,
tidak ada apa-apa kok bu” sahut Siska begitu tersadar.
Agus yang melihat Siska menangis merasa
bersalah.
“apa mungkin
gara-gara aku membentaknya tadi”ujarAgus dalam hatinya
Sepulang sekolah Siska mencariAgus yang
ternyata lebih dulu pulang, ketika di perempatan jalan Siska akhirnya melihatAgus
dan ingin mendekatiAgus. Namun tiba-tiba
mobil sedan merah yang melaju kencang dari jalur berlawanan tak sengaja
menyerempet motor Siska. Siska yang tak dapat mengendalikan motornya akhirnya
menabrak trotoar dan akhirnya tak sadarkan diri. Begitu tersadar dia telah
berada di suatu ruangan. Tiba sesosok wajah muncul.
“ kamu sudah sadar nak syukurlah” kata orang
itu
“ayah, aku dimana dan apa yang terjadi” ujar Siska
yang tampak mengenal orang itu yang tak lain ayahnya
“kamu sekarang berada di rumah sakit nak,
tadi kamu terserempet mobil dan tak sadarkan diri, untunglah ada anak ini yang
segera membawa kamu ke rumah sakit”. Balas ayah Siska sambil menunjuk seseorang
yang ada di sampingnya
“agus”Siska tesentak kaget ketika mengenal
orang itu yang ternyataAgus
Siska tak sadar menangis. Saat mengetahui
orang yang menolongnya adalahAgus
“ orang yang dulu paling ku benci, selalu ku
ejek kini yang menyelamatkan nyawaku, maafin aku ya tom, aku udah banyak salah
sama kamu” ujar Siska sambil menahan tangisnya
“ aku juga minta maaf tadi udah bentak kamu,
maaf ya” balasAgus
“tidak tom, malah aku berterima kasih, karena
hal itu yang membuatku sadar bahwa seseorang tak dinilai dari hartanya tapi
dari hatinya, makasih ya tom kamu udah ngajari aku hal yang sangat penting” Siska
sambil tersenyum
“iya sama-sama, jadi sekarang kita teman
dong”agus sambil menjulurkan tangannya
“teman”Siska sambil tertawa
“karena nakAgus telah menolong anak saya,
sebagai tanda terima kasih saya, semua tunggakan kamu biar bapak yang bayar
hingga kamu lulus”. Ujar ayah Siska
“Tidak usah pak, saya ikhlas menolong Siska”tolakAgus
“sudahlah nak, bapak sudah tau kalau kamu
sangat memerlukannya”balas Ayah Siska
“iya tom terima aja”Siska mendukung perkataan
ayahnya
“kalau begitu terima kasih banyak pak”Agus
sambil tersenyum
Hari
itu, matahari terbenam begitu cepat, mengawali pertemananAgus dan Siska.
0 komentar:
Posting Komentar