Sabtu, 26 November 2011

DOA YANG KULANTUNGKAN (By Asmaul Husna)


DOA YANG KULANTUNGKAN

By Asmaul Husna


Fikha  mengingat kembali tabir ingatannya. erwin!!! yah nama itu manis. Dialah teman baik fikha  yang selalu diingatannya. Sudah enam tahun mereka saling  mengenal antara satu sama lain. Kegembiraan dan kesusahan hidup di alam remaja mereka lalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan saja. Fikha  kehilangan seorang sahabat yang sangat baik.

            Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu. Sewaktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Fikha  sedang marahakan dengan erwin  kerana mengambil pena kesukaan fikha tanpa seizinnya.

            Apabila fikha  bertanya, dia hanya berkata dia akan menggantikannya. Fikha tidak mau dia menggantikannya. Kerana pena yang hilang itu berbeda dengan pena yang akan diganti oleh Erwin . Pena yang hilang itu adalah hadiah dari erwin  sewaktu mereka pertama kali menjadi sepasang teman baik.

            "Aku tak mau kau menggantinya! Pena yang hilangi tu berharga bagiku! Fikha memarahi erwin ."" bila kau tidak menemukan pena itu, aku tidak mau lagi bicara dengan kamu!" Marahnya fikha   pada erwin. Meja kanting itu dihentaknya, erwin pun terkejut. Fikha yang memang mukanya kemerah-merahan, bila marah mukanya pun bertambah merah. erwin dengan keadaan sedih dan terkejut hanya berdiam dan pergi . fikha tahu erwin merasa  sedih mendengar kata-katanya itu. fikha tidak berniat melukainya tetapi waktu itu dia terlalu marah dan tanpa dia sedari, air matanya pun jatuh berlinang.

            "Sudah beberapa hari Erwin tidak datang ke sekolah. Aku merasa tidak enak .apakah dia sakit? Apa yang terjadi" kata Fikha dalam hatinya. Didalam fikirannya  diganggu oleh seribu satu pertanyaan "eh, bagaimana kalau aku kerumahnya saja " kata fikha di dalam hatinya. Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan.
Tiba-tiba telepon rumahnya   berbunyi  "Ring,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing" ibu Fikha yang mengangkat telponnya. Tak lama kemudian ibu Fikha memanggil anaknya dengan tergesa-gesa"cepat ganti baju kita kerumah Erwin ada sesuatu yang terjadi, kakanya Erwin yang  menelpon kita untuk segera kerumahnya". Tiba-tiba jantung Fikha degdekan Tak pernah dia merasa begitu. Perasaan dia kurang baik, pasti ada sesuatu yang terjadi . "ya Allah kau tenangkanlah hatiku, apapun yang terjadi kutau semua itu ujiannmu, kumohon jauhilah semua mara bahaya dan selamatkannlah." Do’a Fikha sepanjang perjalanan kerumah erwin

            sesampai Fikha dirumah erwin dia melihat banyak sanak keluarga yang berkunjung. Fikha terus menuju ke ibu Erwin dan bersalaman dengan ibunya dan bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi. Ibunya dengan nada sedih memberitahu Fikha “Erwin ditabrak bas ketika ingin menyebrang didekat sekolah kalian." Dia memang tidak sehat tapi tetap bernekad untuk kesekolah, katanya ingin bertemu dengan kau. Tapi hajatnya tak sampai, Sampai di saat dia menghembuskan nafas terakhirnya , kakaknya yang duduk disampingnya melihat ada surat yang jatuh dari genngaman tangan Erwin" terisak-isak suara ibu Erwin menceritakan Fikha sambil menghulurkan surat yang sangat ingin diberikannya kepada sahbat terbaiknya itu

Didalam surat itu ada pena kesukaan ku

fikha ,
aku minta maaf karena aku telah membuat mu marak karena aku telah menghilangkan pena kesukaanmu. Setelah kau memarahi aku, aku pulang dari sekolah sewaktu huajan lebat karena ingin mencari pena mu. Dirumah aku tidak mendapatkan penamu. Aku mencoba mengingatny dan aku pun teringat, pena itu ada loker ku.itupun itu pun aku lambat kesekolah karena badanku  kurang sehat. Tapi dengan bantuan dewi dia membantu aku mencari pena itu, dewi mwnwmukan pena itu dibawah mejamu. Terima kasih telah menghargai pemberiannku dan persahabatan yang terjalin selama enam tahun ini. Dan terimah kasih juga telah mengajarkanku bagaimana arti persahabatan itu.

ERWIN
            Bola mata fikha berlinang dengan derasnya. Kalu boleh ingin meraung sekuat hatinya. Ingi dia memeluk erwin dan memohon maaf padanya tapi semua itu sudah terlambat.
Tiba-tiba jantung fikha berdetak kencang barulah disa sadar bahwa dia hanya mengenang masa silamnya. Persahabatan mereka lebih berharga daripada pena itu. Fikha benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Fikha tidak ingin mengingat kembali hal itu dia hanya bisa member lantunan doa dan bacaan alqur’an  kepada sahabatnya saat menghadap yang kuasa. Agar erwin dapat tenang dan bahagia di sisi Allah.,


THE END




0 komentar:

Posting Komentar

 
;