By Muhammad Alghani
Waktu
telah menunjukkan pukul 04.00 PM, Aku terbangun dari tidur malam yang tidak
begitu nyenyak. Ibu ku batuk-batuk di ruang tamu yang tak jauh dari kamar
tidurku. Batuk tidak berdahak yang berulang-ulang dilakukannya. Batuk yang
begitu menyesakkan dadanya dan sangat membisingkan telingaku. Sebenarnya tak
ingin aku mendengar suara yang menyita otak dan menggelisahkan itu. Kapan suara
kasar itu akan berhenti ku dengar? Menjadi tanya sejenak dibenakku. Namun tetap
saja tidak bisa aku elakkan suara itu. Belum lagi nafas Ibu yang bersuara
seperti ada peluit di tenggorokannya. Ya, Ibu ku mengidap penyakit Asma sejak
kurang lebih 6 bulan belakangan ini. Nafas di tenggorokkan yang terdengar jelas
bersamaan mengeluarkan oksigen dari hidung. Sulit baginya saat itu untuk
menarik ulur-nafasnya yg telah tersengal-sengal. Ntah kenapa setiap mendengar
suara itu aku ingin pergi jauh saja. Tak ingin mendengarkan itu semua dari Ibu.
Tak sanggup. Namun Aku tak bisa meninggalkannya begitu saja. Bagaimanapun dia
tetap Ibu yang sangat aku sayang.
Terduduk Dia di kursi empuk ruang tamu dengan lampu padam. Benar-benar menggangu sekali nafas Ibu yang tersengal-sengal itu. Disaat sulitnya Dia mengatur nafas, aku dengar Dia menyebut, “Ya Allah.” Mungkin itu wujud rasa sakit yang Ia tahankan di dada demi meminta bantuan dari Tuhan. 04.05 AM
5 menit aku tak tenang, badan ku gelisah, bolak-balik mengatur, terkadang ingin menutup telinga dengan bantal, namun tak bisa. Ingin tak ingin aku mendengar keluh hati yang keluar dari tarik-ulur nafasnya. Selama lima menit pula Aku dan Ayahku mengabaikan namun menghiraukan Ibu di puncak sakitnya selama ini.
Aku keluar membuka pintu, segera ku jumpai sosok Ibu yang terduduk lemas di kursi. Menjatuhkan kepalanya kesandaran kursi, duduk tegak dengan kedua tangan di atas lengan kursi, memejamkan mata layaknya orang tidur yang mengigau dan tentu dengan nafas satu-satu. Sungguh tak sanggup melihatnya. Ini ke-2 kalinya aku melihat tubuhnya begitu lemas dan mengantarkannya ke Rumah Sakit terdekat sejak kurang lebih 6 tahun silam.
Cepat-cepat kami menuju Rumah Sakit di pagi buta dengan menggunakan sepeda motor. Keadaan Ibu lebih lemas dari sebelumnya. Di tambah udara dingin pagi yang membuat Ibu semakin sulit untuk bernafas. Terdengarku Ia mengeluh kedinginan dengan suara yang begitu pelan. Tidak jauh memang jarak RS dari rumahku, paling 400 m. Apalagi dengan menggunakan sepeda motor tapi saat itu seperti gerakan slow-motion bagiku mungkin karena dihantui rasa takut dan khawatir yang dalam.
04.20 AM
Tiba di UGD, segera ku bopong Ibu ke ruang UGD sambil menuggu perawat datang setelah seorang satpam membukakan pintu yang dikuncinya dari dalam. Bener-bener kasian aku melihat Ibu. Tak tertahankan lagi air mata, namun tak ku biarkan air bening itu menetes begitu saja. Sementara Ibu sedang ditangani oleh perawat yang baru saja datang dengan langkah cepatnya.
04.30 AM
Sungguh tak tenang. Pikiran terbang ntah kemana-mana. Berdoa dalam hati kepada Sang Khalik agar Ibu segera sehat. Berharap ini untuk terakhir kalinya. Berharap sehat selalu. Sempat juga ku meminta kepada Tuhan untuk tukar posisi antara aku dan Ibu. Berharap keadaan berpindah kepada ku. Biarlah aku yang merasakan sakit yang diderita Ibu.
08.23 AM
Setelah selesai memberi Ibu sarapan dan obat serta sudah beristirahat beberapa jam, Dokter yang khusus menangani penyakit Asma Ibu pun datang untuk memeriksa kondisinya sejauh ini. Di periksanya detak jantung Ibu dengan stetoskop yang menggantung dilehernya. Ditanyanya sebab kambuhnya. “Semalam Ibu kena hujan dan kecapeaan juga, Dok. Tadi malam nafasnya mulai sesak. Tapi nggak separah subuh tadi.” Aku jawab pertanyaan yang sebenarnya ditujukan untuk Ibu. “Mmmm…. Ibu memang nggak bisa dicuaca dingin dan lembab apalagi kecapean. Memang semalam satu harian cuaca dingin dan hujan. Setelah ini, dengan hitungan detik saja ronsen telah selesai. Namun belum bisa kami ketahui hasilnya seperti apa.
03. 25 PM
Alhamdulillah, keadaan Ibu sudah membaik. Bicara sudah jelas dan berinteraksi dengan baik, mengatur dan bernafas dengan baik.
Rabu (02/02) ; 05.00 PM
Ibu sudah sehat seperti biasa. Dan keluar dari Rumah sakit. Aku selalu mendoakn yang terbaik buat Ibu dan keluarga. I Love My Family.
Terduduk Dia di kursi empuk ruang tamu dengan lampu padam. Benar-benar menggangu sekali nafas Ibu yang tersengal-sengal itu. Disaat sulitnya Dia mengatur nafas, aku dengar Dia menyebut, “Ya Allah.” Mungkin itu wujud rasa sakit yang Ia tahankan di dada demi meminta bantuan dari Tuhan. 04.05 AM
5 menit aku tak tenang, badan ku gelisah, bolak-balik mengatur, terkadang ingin menutup telinga dengan bantal, namun tak bisa. Ingin tak ingin aku mendengar keluh hati yang keluar dari tarik-ulur nafasnya. Selama lima menit pula Aku dan Ayahku mengabaikan namun menghiraukan Ibu di puncak sakitnya selama ini.
Aku keluar membuka pintu, segera ku jumpai sosok Ibu yang terduduk lemas di kursi. Menjatuhkan kepalanya kesandaran kursi, duduk tegak dengan kedua tangan di atas lengan kursi, memejamkan mata layaknya orang tidur yang mengigau dan tentu dengan nafas satu-satu. Sungguh tak sanggup melihatnya. Ini ke-2 kalinya aku melihat tubuhnya begitu lemas dan mengantarkannya ke Rumah Sakit terdekat sejak kurang lebih 6 tahun silam.
Cepat-cepat kami menuju Rumah Sakit di pagi buta dengan menggunakan sepeda motor. Keadaan Ibu lebih lemas dari sebelumnya. Di tambah udara dingin pagi yang membuat Ibu semakin sulit untuk bernafas. Terdengarku Ia mengeluh kedinginan dengan suara yang begitu pelan. Tidak jauh memang jarak RS dari rumahku, paling 400 m. Apalagi dengan menggunakan sepeda motor tapi saat itu seperti gerakan slow-motion bagiku mungkin karena dihantui rasa takut dan khawatir yang dalam.
04.20 AM
Tiba di UGD, segera ku bopong Ibu ke ruang UGD sambil menuggu perawat datang setelah seorang satpam membukakan pintu yang dikuncinya dari dalam. Bener-bener kasian aku melihat Ibu. Tak tertahankan lagi air mata, namun tak ku biarkan air bening itu menetes begitu saja. Sementara Ibu sedang ditangani oleh perawat yang baru saja datang dengan langkah cepatnya.
04.30 AM
Sungguh tak tenang. Pikiran terbang ntah kemana-mana. Berdoa dalam hati kepada Sang Khalik agar Ibu segera sehat. Berharap ini untuk terakhir kalinya. Berharap sehat selalu. Sempat juga ku meminta kepada Tuhan untuk tukar posisi antara aku dan Ibu. Berharap keadaan berpindah kepada ku. Biarlah aku yang merasakan sakit yang diderita Ibu.
08.23 AM
Setelah selesai memberi Ibu sarapan dan obat serta sudah beristirahat beberapa jam, Dokter yang khusus menangani penyakit Asma Ibu pun datang untuk memeriksa kondisinya sejauh ini. Di periksanya detak jantung Ibu dengan stetoskop yang menggantung dilehernya. Ditanyanya sebab kambuhnya. “Semalam Ibu kena hujan dan kecapeaan juga, Dok. Tadi malam nafasnya mulai sesak. Tapi nggak separah subuh tadi.” Aku jawab pertanyaan yang sebenarnya ditujukan untuk Ibu. “Mmmm…. Ibu memang nggak bisa dicuaca dingin dan lembab apalagi kecapean. Memang semalam satu harian cuaca dingin dan hujan. Setelah ini, dengan hitungan detik saja ronsen telah selesai. Namun belum bisa kami ketahui hasilnya seperti apa.
03. 25 PM
Alhamdulillah, keadaan Ibu sudah membaik. Bicara sudah jelas dan berinteraksi dengan baik, mengatur dan bernafas dengan baik.
Rabu (02/02) ; 05.00 PM
Ibu sudah sehat seperti biasa. Dan keluar dari Rumah sakit. Aku selalu mendoakn yang terbaik buat Ibu dan keluarga. I Love My Family.
Nama : Muhammad Algani
Rasidi
Kelas : X alkselerasi
0 komentar:
Posting Komentar