karya : Mutia Nur Ardza
Setiap kali aku menanyakan hal itu kepadanya,dia hanya menjawabnya dengan sebuah jawaban singkat,”Aku ada urusan,kamu gak perlu tau,yang jelas aku begini demi kamu,tau gak”.Jawaban itu sepertinya menjadi langganan telingaku setiap malamnya.Aku hanya terdiam mendengar alasannya yang sangat tidak memuaskan itu,aku sadar dengan keadaanku seperti inilah yang membuat dia seperti itu.
Suara burung hantu itu,menusuk-nusuk telingaku.Aku kembali menatap jam kulit yang kukenakan di tanganku,ternyata sudah menunjukkan jam 12.00 malam.Aku masih terus menunggunya,”kemana ya dia,sudah segini malamnya,belum pulang juga”,gerutuku dalam hati.Aku duduk di bangku coklat berukir jepara itu dengan wajah yang sudah tak karuan,angin malam yang begitu dingin membuat bulu kudukku seolah-olah berdiri.Rasa kantuk mendatangiku,seolah-olah menyuruh mata ini untuk segera menutup,tapi aku mencoba untuk melawannya,kuputar radio tua yang menemani malam-malamku,terdengar suaranya yang sudah tak jelas lagi memecah keheningan malam,kutengok kembali jam di tanganku,dan ternyata sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari.
Aku bergegas mencarinya,kukenakan jaket kulit hitamku dan tak lupa kuambil tongkatku,yang senantiasa menemaniku semenjak kecelakaan 3 bulan yang lalu,hal itu membuat kakiku patah,sehingga harus menopangnya dengan sebuah tongkat kayu.Kususuri heningnya malam seorang diri demi mencarinya,aku berjalan terus,sesekali anjing di pinggir jalan menggonggongiku dengan kerasnya,tapi hal itu tak membuatku takut.”Aduh,Linda,kamu kemana sih,udah segini malamnya gak balik ke rumah juga”,bicaraku seorang diri.Sesekali aku berteriak memanggil namanya,tapi sepertinya tak ada yang menghiraukannya,”Linda,Linda!!!”.
Aku terus berjalan dengan tongkatku.Dinginnya malam tak kuhiraukan.Takut pun yang kurasa sejak tadi,kuabaikan.Kutengok kembali jamku dan terlihat jarumnya telah menunjuk angka 03.00 lewat seperempat menit.Tak terasa aku sudah berjalan selama 15 menit lamanya,namun bayangannya pun tak kutemukan sampai saat ini.Aku berdiam sejenak,berdiri dan menatap gubuk tua itu,tempat yang selama ini aku anggap aneh.Saat tengah malam tempat itu seperti hidup,dan pada paginya tempat itu seolah-olah mati tak berbekas.Seperti ada kehidupan di dalamnya,lama aku berdiri menatapnya.
Terlihat dari tempat itu,keluar sesosok bayangan,entah dia wanita ataukah pria,ataukah makhluk lain,entah apa itu.Lampu redup yang menggantung di palfon gubuk itu,mengaburkan pandanganku terhadapnya.Aku sepertinya ingin meninggalkan tempat ini,segera ingin berlari sekencang-kencangnya,tapi rasa penasaran itu menahan kakiku.Bayangan itu semakin mendekatiku,dan sepertinya aku mengenalnya,
”Rio,ngapain kamu kesini,aku bilang kamu di rumah aja,gak usah mencariku,aku bakalan pulang kok”,kalimat itu sepertinya sangat pedas kudengar.
”Linda,kamu di sini,aku mencarimu kemana-mana”,kataku dengan nada yang sedikit marah bercampur kecewa.
”Ya,inilah tempatku,maaf kalau selama ini aku tak memberitahumu,aku juga begini demi kamu dan si dia,mau makan apa kita kalo aku tak bekerja”,pungkasnya.
“Tapi,tidak harus dengan pekerjaan ini,Linda”.amarahku semakin bertambah.
“Ga usah banyak bicara kamu,cari kerja sekarang itu susah,ditambah lagi dengan keadaanmu yang seperti ini,sadar gak sih kamu,Rio”.jawabnya dengan nada tinggi.
“Linda,aku mohon tinggalkan tempat ini,meskipun dengan keadaanku seperti ini,”mohonku padanya
“Ga bisa,Rio,aku tetap harus di sini”,jawabnya.
”Rio,ngapain kamu kesini,aku bilang kamu di rumah aja,gak usah mencariku,aku bakalan pulang kok”,kalimat itu sepertinya sangat pedas kudengar.
”Linda,kamu di sini,aku mencarimu kemana-mana”,kataku dengan nada yang sedikit marah bercampur kecewa.
”Ya,inilah tempatku,maaf kalau selama ini aku tak memberitahumu,aku juga begini demi kamu dan si dia,mau makan apa kita kalo aku tak bekerja”,pungkasnya.
“Tapi,tidak harus dengan pekerjaan ini,Linda”.amarahku semakin bertambah.
“Ga usah banyak bicara kamu,cari kerja sekarang itu susah,ditambah lagi dengan keadaanmu yang seperti ini,sadar gak sih kamu,Rio”.jawabnya dengan nada tinggi.
“Linda,aku mohon tinggalkan tempat ini,meskipun dengan keadaanku seperti ini,”mohonku padanya
“Ga bisa,Rio,aku tetap harus di sini”,jawabnya.
Aku menarik tangannya dengan kuat,”Linda,ayo kita pulang,aku tak tega melihatmu di sini”.
“Aku gak mau pulang”,bantahnya.
Linda melepaskan tanganku dengan kerasnya,dan berlari kembali ke arah gubuk itu.
Aku yang tak kuasa berlari,hanya diam di tempat ini,terus memanggil namannya,”Linda,Linda,kamu jangan ke sana lagi,aku tak ingin melihatmu lagi bergabung dengan mereka”.
“Aku gak mau pulang”,bantahnya.
Linda melepaskan tanganku dengan kerasnya,dan berlari kembali ke arah gubuk itu.
Aku yang tak kuasa berlari,hanya diam di tempat ini,terus memanggil namannya,”Linda,Linda,kamu jangan ke sana lagi,aku tak ingin melihatmu lagi bergabung dengan mereka”.
Aku memanggilnya terus hingga suara ini tak bisa aku keluarkan lagi.Sepertinya panggilanku tak dihiraukannya,ia tetap terus berjalan tanpa balik sesekalipun kepadaku,bayangannya terus menjauh dan menghilang ditelan gelapnya malam dan masuk kembali ke dalam gubuk itu.
Aku seperti tak berdaya lagi,aku berjalan seorang diri kembali menyusuri gelapnya malam.Aku sepertinya tak percaya dengan apa yang kulihat tadi,Linda,seseorang yang sudah menemaniku selama 1 tahun lebih,ternyata menyembunyikan sesuatu yang sangat busuk selama ini.Tubuhku sudah diterpa angin malam yang tak kuhiraukan dari tadi,masuk dan menusuk ke dalam tubuhku yang hanya diselimuti sebuah jaket kulit yang sudah tua,yang kubeli sebelum memutuskan untuk hidup bersama Linda.
Jalan yang aku lalui serta gubuk tua itu menjadi saksi bisu kejadian malam itu yang begitu membuatku terpukul.Sebuah pertanyaan mengganjal di kepalaku,Apakah aku masih ingin mempertahankan semua ini bersama Linda,atau melepaskannya begitu saja???
Jalan yang aku lalui serta gubuk tua itu menjadi saksi bisu kejadian malam itu yang begitu membuatku terpukul.Sebuah pertanyaan mengganjal di kepalaku,Apakah aku masih ingin mempertahankan semua ini bersama Linda,atau melepaskannya begitu saja???
The End
0 komentar:
Posting Komentar