Definisi dan macam2 klousa
Definisi, jenis & macam Klausa - "klausa" itu adalah judul dari artikel kita kali
ini. Apakah teman teman tahu apa arti ( definisi ) klausa itu? apa konstruksi,
kategori, kelas, macam dari klausa itu? Apakah teman teman tahu? semua itu akan
kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman teman benar benar membaca
arikel " Definisi, jenis & macam Klausa "ini ^_^.
Definisi ( Pengertian ) Klausa
Arti Klausa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan
ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang
terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga
tidak ada.
Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai
ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat
klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai (S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4. untuk dijual di pasaran (P–Ket.).
I. Klausa Berdasarkan Kategori Kata
atau Frasa
Perhatikan kalimat di bawah ini!
Toni belum sempat mengunjungi
kakeknya kemarin.
Klausa kalimat tersebut jika
dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.
II. Klausa Berdasarkan Struktur
Klausa dapat digolongkan berdasarkan
tiga dasar.
1. Klausa Berdasarkan Struktur
Intern
Unsur inti klausa ialah S dan P.
Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat
penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P
disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak
lengkap.
Contoh:
- Din tidak masuk sekolah karena din
sakit.
Subjek din dalam anak kalimat dapat
dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.
- Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak
itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan
klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di
depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang
S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap
yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau
klausa inversi.
Contoh:
Klausa lengkap susun biasa
Klausa lengkap susun balik
Klausa tidak lengkap sudah tentu
hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET.
Contoh:
e. sedang bermain-main
f. menulis surat
g. telah berangkat ke Jakarta
Klausa e terdiri atas P, klausa f
terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.
2. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya
Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P
a. Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang
tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
- Mereka diliputi oleh perasaan
senang.
- Mertua itu sudah dianggap sebagai
ibunya.
b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang
memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
- Orang tuanya sudah tiada.
- Yang dicari bukan dia.
3. Penggolongan Klausa Berdasarkan
Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P
P mungkin terdiri atas kata atau frasa
golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa
yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.
a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang
P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
- Ia guru.
- Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata golongan N ialah kata-kata yang
secara gramatik
mempunyai perilaku sebagai berikut.
- Pada tataran klausa dapat
menduduki fungsi S, P, dan O.
- Pada tataran frasa tidak dapat
dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata
itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai
aksisnya.
b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang
P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
- Petani mengerjakan sawahnya dengan
tekun.
- Dengan rajin, bapak guru memeriksa
karangan murid.
Kata golongan V ialah kata yang pada
tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat
dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh,
berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.
Berdasarkan golongan kata verbal
itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata
golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V
yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-- Udaranya panas sekali.
-- Harga buku sangat mahal.
2) Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata
verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa
verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
-- Burung-burung beterbangan di atas
permukaan air laut.
-- Anak-anak sedang bermain-main di
teras belakang.
3) Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata
verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa
verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
-- Arifin menghirup kopinya.
-- Ahmad sedang membaca buku novel.
4) Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata
verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal
yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
-- Tepat di muka pintu, aku disambut
oleh seorang petugas.
-- Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.
5) Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata
verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang
menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya
kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
-- Anak-anak itu menyembunyikan
diri.
-- Mereka sedang memanaskan diri.
6) Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas kata
verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang
menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan
proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
-- Pemuda dan gadis itu
berpandang-pandangan.
-- Mereka saling memukul.
c. Klausa Bilangan
Klausa bilangan atau klausa numeral
ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
- Roda truk itu ada enam.
- Kerbau petani itu hanya dua ekor.
Kata bilangan ialah kata-kata yang
dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi,
helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua,
ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa
bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan,
misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan
sebagainya.
4. Klausa Depan
Klausa depan atau klausa
preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang
diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a. Kredit itu untuk para pengusaha
lemah.
b. Pegawai itu ke kantor setiap
hari.
Dalam kalimat tertentu, klausa
memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif
(anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan
konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.
Perhatikan contoh berikut ini!
Penggabungan klausa induk dan klausa
anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan
antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari
perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .); konjungsi
korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . .,
tetapi juga . . .; . . .); konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah,
seperti, agar, dengan, . . . .); dan konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu,
kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).
Contoh:
a. Dia menangis dan istrinya pun
tersedu-sedu.
b. Entah disetujui entah tidak, dia
tetap akan mengusulkan gagasannya.
c. Narto harus belajar giat agar
naik kelas.
d. - Kami tidak sependapat dengan
dia. Kami tidak akan menghalanginya.
d. - Kami tidak sependapat dengan
dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
Konjungsi-konjungsi itu dapat
menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan
frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan
klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian,
kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.
Contoh:
Klausa Ibu tidak berbelanja sebagai
klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi karena
sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau lebih
dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa anak.