Sabtu, 26 November 2011 0 komentar

KERANGKA PIDATO


KERANGKA PIDATO
Nah, agar pidato kita dapat menyakinkan dan memberi kesan untuk pendengar, maka kita perlu menyusun pidato tersebut.

Naskah pidato terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Pembukaan

2. Isi

3. Penutup

Sebaiknya yang kita lakukan sebelum menyusun naskah pidato adalah kita mengetahui maksud, tujuan pidato, sasaran, rencana dan lain-lain.

Hal-hal yang harus ada dalam naskah pidato adalah sebagai berikut.

1. Pembukaan dengan salam pembuka

2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi

3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.

4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

Perhatikan contoh kerangka pidato berikut.

1. Pembuka

2. Isi

Tujuan acara.

Kesan selama bersekolah

Ucapan terima kasih dan permintaan maaf kepada guru dan orang tua.

Harapan setelah lulus.

3. Penutup.
0 komentar

Definisi dan macam2 klousa


Definisi dan macam2 klousa

Definisi, jenis & macam Klausa - "klausa" itu adalah judul dari artikel kita kali ini. Apakah teman teman tahu apa arti ( definisi ) klausa itu? apa konstruksi, kategori, kelas, macam dari klausa itu? Apakah teman teman tahu? semua itu akan kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman teman benar benar membaca arikel " Definisi, jenis & macam Klausa "ini ^_^.

Definisi ( Pengertian ) Klausa

Arti Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.

Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai (S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4. untuk dijual di pasaran (P–Ket.).


I. Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa


Perhatikan kalimat di bawah ini!
Toni belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin.

Klausa kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.



II. Klausa Berdasarkan Struktur


Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar.

1. Klausa Berdasarkan Struktur Intern
Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap.

Contoh:
- Din tidak masuk sekolah karena din sakit.
Subjek din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.

- Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau
klausa inversi.


Contoh:
Klausa lengkap susun biasa


Klausa lengkap susun balik




Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET.

Contoh:
e. sedang bermain-main
f. menulis surat
g. telah berangkat ke Jakarta

Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.


2. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P

a. Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
- Mereka diliputi oleh perasaan senang.
- Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.


b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
- Orang tuanya sudah tiada.
- Yang dicari bukan dia.

3. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P

P mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.

a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
- Ia guru.
- Yang dibeli orang itu sepeda.

Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik
mempunyai perilaku sebagai berikut.
- Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
- Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.

b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
- Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
- Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.

Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.

Berdasarkan golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-- Udaranya panas sekali.
-- Harga buku sangat mahal.

2) Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
-- Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
-- Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang.

3) Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
-- Arifin menghirup kopinya.
-- Ahmad sedang membaca buku novel.

4) Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
-- Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas.
-- Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.

5) Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
-- Anak-anak itu menyembunyikan diri.
-- Mereka sedang memanaskan diri.



6) Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
-- Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
-- Mereka saling memukul.

c. Klausa Bilangan
Klausa bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
- Roda truk itu ada enam.
- Kerbau petani itu hanya dua ekor.

Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.


4. Klausa Depan
Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a. Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b. Pegawai itu ke kantor setiap hari.

Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.

Perhatikan contoh berikut ini!




Penggabungan klausa induk dan klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .); konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .); konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).

Contoh:
a. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b. Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c. Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d. - Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya.
d. - Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.

Konjungsi-konjungsi itu dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.

Contoh:





Klausa Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa anak.

0 komentar

BERAKHIR BY Wulandani Priana



BERAKHIR
Wulandani Priana
“jangan tinggalin aku chie”.
Hari itu di pemakaman Richie, aku tak bisa menahan untuk tidak meneteskan air mataku. Hari itu memang cerah, tapi bagiku hari itu seakan menjadi hari terburuk dalam hidupku. Hari itu tepatnya hari Sabtu, tanggal 7 bulan 7, 2007. Hari dimana aku harus melepaskan seseorang yang sangat ku sayangi. Hari dimana aku harus berduka, di saat semestinya aku bahagia karena hari itu tepat hari ulang tahun ku. Hari itu tidak akan pernah hilang dari ingatan ku.
Sekarang….
Setelah 2 tahun berlalu, semenjak kepergian Richie, aku terus melanjutkan hidupku, tentunya aku tak mau hidup terus-terusan dalam bayangan kematian Richie. Tapi semua tidak semudah membalikkan telapak tangan, sangat sulit untuk melupakan sedikit demi sedikit bayangan seseorang yang pernah kita cintai. Namun perlahan tapi pasti, aku terus melangkah dan mulai untuk dapat sedikit melupakannya.
Sekarang aku sudah menjadi siswi SMA, dan sudah sedikit menjadi seseorang yang lebih dewasa, bukan lagi seorang gadis polos yang masih sangat kanak-kanakan seperti saat aku masih SMP dulu. Tak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa aku akan menjadi seperti sekarang ini, menjadi seorang remaja yang ingin bebas melihat dunia luar yang mungkin sangat kejam bagiku. Dan hal yang paling lazim dirasakan para siswa SMA yang mulai menginjak masa remaja adalah perasaan yang sering mereka sebut dengan CINTA.
Tampaknya perasaan cinta itu mulai menghinggapi hatiku. Ada seorang yang membuatku selalu berbunga-bunga apabila melihatnya, jantungku berdebar kencang apabila lewat di dekatnya, dan urat saraf ku seakan putus apabila mendengar suaranya. Seseorang itu adalah murid baru yang pindah dari luar negeri. Sejak hari pertama aku melihatnya, tampaknya aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Murid baru itu sangat mirip dengan Richie. Saat hari pertama dia masuk sekolah, orang pertama yang ia sapa adalah aku.
“Hi!” sapa Ricky begitulah namanya.
“Hi juga” kataku. Aku seakan di paku oleh tatapan matanya. Dan saat dia berlalu dari hadapan ku, harum tubuhnya masih terngiang-ngiang di pikiranku dan meracuni pikiranku. Yang sangat membuatku shock adalah karena dia ternyata akan sekelas denganku. Dan yang membuatku seakan ingin pingsan di tempat adalah karena dia memilih untuk duduk di dekatku, padahal banyak tempat yang masih kosong. Lalu tiba-tiba dia mengelus kepalaku dan itu membuat jantung ku semakin berdebar kencang. Aku bertanya- tanya apa maksud dari yang dilakukannya itu?
“semut”sela Ricky singkat.
“haa,,ohh makasih”jawabku kaget.
Pas aku denger dia ngomong hati ku serasa bergetar mendengar suaranya. Dan tiba-tiba juga bayangan Richie terlintas dipikiranku. Ricky memang sangat mirip dengan Richie, mulai dari caranya berbicara, gerak-geriknya, dan tingkah lakunya, membuatku semakin curiga dan semakin berharap bahwa Ricky itu memang Richie, tapi itu semua gak mungkin, karena gak mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali.
Kemarin Ricky mengajak ku pergi, saat aku tanya kemana, dia cuma bilang kalau kita mau ke tempat yang tidak sempat aku pergihi dulu. Selama di perjalanan menuju tempat itu aku tidak berhenti bertanya-tanya dalam hati, apa maksud dari Ricky?, apa maksudnya dengan kata dulu? Memangnya aku pernah bertemu dengan Ricky dulu, seingatku tidak pernah. Hal ini membuatku semakin curiga dan penasaran. Setelah turun dari mobil dia menarik tanganku dan mengajakku berlari entah kemana itu. Tapi setelah beberapa meter berlari aku mulai sadar kalau tempat itu ternyata adalah bukit. Di perjalanan aku sempat merasa sangat lelah, karena itu ia terpaksa menggendongku sampai ke puncak bukit itu. Aku tak menyangka bahwa dia akan menggendongku, rasa simpatiku kian tak terbendung. Rasa cintaku seakan ingin membuncah memenuhi ruang hatiku dan mengalir menuju pembuluh darah kapiler lalu masuk ke dalam jaringan tubuhku dan menuju otakku.
“hahahahahaha”..tawaku dalam hati.
Sesampainya di puncak bukit itu, Ricky menunjukkan sesuatu padaku. Dia menyuruhku menunduk, entah apa maksudnya, tapi ketika aku menunduk ada inisial nama yang tertulis di puncak bukit itu, dan inisial itu adalah “RS”. Di atas inisial itu terdapat kata “Love”.
“apa kamu ingat ada seseorang yang pernah mengajak mu ke Bukit LoveRS?”Tanya Ricky dengan suara yang lembut.
“hmmmm…” tiba-tiba aku mulai teringat Richie. Richie dulu pernah mengajak ku ke bukit lovers, tapi kami tidak sempat sampai ke bukit itu karena di perjalanan Richie kecelakaan.
“iya,,aku ingat! Dulu ada seorang cowo yang pernah mengajakku ke bukit Lovers, tapi kami tidak pernah sampai ke bukit itu karena di perjalan cowo itu kecelakaan dan cowo itu meninggal.
Tiba-tiba Ricky mengajak ku duduk dan merangkul ku sambil berkata.
“mungkin kamu akan kaget, dengan apa yang akan aku katakan. Sebenarnya…….. aku adalah Richie, aku lah orang yang pernah mengajak mu kemari tapi kita tidak pernah sampai karena terjadi kecelakaan padaku dan aku meninggal. Aku benar-benar tidak bisa meninggalkanmu secepat ini, aku sangat menyayangimu. Aku hidup kembali hanya untukmu, hanya untuk bersamamu, walau mungkin hanya sebentar dan aku hidup kembali hanya untuk mengatakan kalau aku sangat menyayangi dan mencintaimu. Setelah aku mengatakan perasaanku, aku akan kembali ke alam yang jauh itu, alam yang jauh berbeda dari alam mu. Dan setelah aku tahu bahwa kau juga mencintaiku maka semuanya akan berakhir, kau akan melupakanku seketika, dan kau akan menjalani hidupmu dengan normal tanpa pernah lagi mengingatku. . I Love you Sy.”
Setelah Ricky mengatakan semua tentang hal yang sebenarnya, suasana menjadi hening, karena aku tak sanggup untuk berkata apa pun. Yang bisa ku lakukan hanya menyandarkan kepalaku di bahu Ricky. Karena perasaanku yang tak menentu aku menetekan air mata, dan Ricky menghapus air mata ku dengan tangannya.
Tak lama kemudian aku tertidur dan saat aku terbangun, Richie sudah tak ada. Aku pun mencari Richie kemana-mana sambil meneriakkan namanya tapi dia tak juga muncul. Tiba-tiba aku tersadar, bahwa tadi Richie berkata kalau dia telah mengatakan perasaanya, dia akan kembali ke alam yang jauh, alam yang jauh berbeda dari alamku. Mungkin kah Richie telah pergi. Aku kembali menangis, kali ini aku menangis karena menyesal bahwasanya aku tidak sempat mengatakan pada Richie kalau aku juga sangat menyayangi dan mencintainya. Yang bisa ku lakukan hanya berteriak di tempat itu.
“I Love You to Richie, aku juga sayang banget sama kamu.. I Love You. Kenapa kau pergi terlalu cepat, kamu belum sempat dengar kalau aku juga sangat menyayangimu Chie..” aku berteriak sekuat tenaga ku agar Richie bisa mendengarnya, walaupun itu sangat mustahil.
Setelah aku lelah berteriak, aku hanya bisa berbaring sambil menangis di tempat itu dan berharap Richie bisa mendengar apa yang aku teriakkan tadi. Dan ternyata Richie memang mendengarnya. Sepucuk daun jatuh tepat di hatiku dan daun itu bertuliskan…


LoveStory
0 komentar

DIAMBANG BATAS BY Vega Vatimaf Mamora


DIAMBANG BATAS
BY Vega Vatimaf Mamora


          “kita mau kemana lagi? Kita pasti tertangkap kak!”  kata Ve sambil menggenggam tangannya sendiri.
          “kita harus lari, ini adalah warisan terakhir dari ayah! Kita tidak bisa memberikannya begitu saja!” kata Dominic untuk meyakinkan Ve.
          KRAAAAAK!! Lantai yang mereka pijaki retak. Ve tersentak kaget dan Dominic segera membungkam mulut Ve yang akan mengeluarkan suara nyaringnya itu.
          “Ve, kumohon. Ini adalah harta terakhir sebelum ayah kita meninggal, bantu kakak untuk menjaganya. Kita tidak boleh menyerah!” Dominic menatap Ve dengan mata yang berbinar. Memancarkan keteguhan hati yang tak tergoyahkan.
          “bbbaa baaaik kak” jawab Ve gugup.
          “apapun yang terjadi percaya sama kakak, kita pasti bisa selamat dari tempat ini”
          Ve pun hanya bisa mengangguk. Kemudian mereka berjalan menyusuri lantai kayu yang sudah rapuh digigit rayap. Mereka sangat berhati hati, berusaha meminimalkan suara yang mungkin bisa terdengar oleh para mafia yang mencari mereka. Langit langit rumah kayu tersebut terlihat kusam. Hanya ada cahaya matahari yang menembus celah atap rumah yang menjadi penerang mereka. Debu debu yang beterbangan bertebaran diseluruh ruangan.
          “kami tau kalian ada disini!” suara salah satu mafia menggelegar diseluruh ruangan.
          Ve dan Dominic menghentikan langkahnya. Mereka tidak bergerak, hanya deru nafas mereka yang memburu terdengar. Mata mereka memutar mengitari ruangan. Waspada dengan semua hal yang mungkin terjadi.
          “berikan kami kalung itu!” kata mafia yang lain mengikuti. Suaranya terdengar nyaring, berbeda dari mafia yang pertama tadi.
          Dominic menyimpan jari telunjuk di depan bibirnya, menunjukkan kepada Ve untuk tidak menjawab sahutan para mafia. Tubuh Ve gemetaran dan mengangguk perlahan. Ve hanya pasrah mengikuti semua perintah kakaknya dan terdiam seribu bahasa.
          Hening. Tidak ada suara yang terdengar. Ve dan Dominic mulai melangkahkan kakinya lagi menuju ke pintu keluar yang sudah tak jauh dari tempat mereka berada sekarang. Debu yang beterbangan tidak mengganggu keinginan mereka untuk mengeluarkan diri dari tempat neraka tersebut. Akhirnya mereka pun sampai di ruang tamu. Hanya perlu beberapa langkah laki hingga mereka akan mencapai pintu keluar. Ruang tamu tersebut masih tertata dengan rapih. Dengan 2 sofa yang berwarna merah, dan 1 meja kayu yang sudah terlihat sangat usang. Diatas meja itu pun masih terdapat Vas dengan bunga mawar layu didalamnya. Hanya saja jaring laba laba menghiasi seluruh ruangan.
          “Kalian mau kemana anak anak manis?” terdengar suara laki-laki dewasa yang mengangetkan Ve dan Dominic.
Mereka tidak pernah menyangka dibalik sofa itu telah ada seseorang yang menunggu kedatangan mereka. Kemudian Mafia yang lain pun datang. Mereka semua berjumlah 3 orang. 2 diantara mereka menyergap Ve dan Dominic. Memegang kedua pergelangan mereka dengan erat. Dominic mencoba untuk membuka genggaman mafia tersebut tapi tidak bisa. Disisi lain Ve hanya memperhatikan kakaknya dengan pasrah. Keringat semakin bercucuran, panas matahari semakin menambah ketegangan diantara mereka.
          “akhirnya permainan kejar kejaran ini pun berakhir, bukan begitu Dominic?”
          “lepaskan aku! Siapa kamu? Apa maumu hah?!” teriak Dominic dengan tatapan bengis terhadap mafia tersebut.
          “baiklah anak manis, namaku Alvin. Aku adalah rekan kerja ayahmu selama ia masih hidup. Tapi kami pernah mengalami selisih paham ketika mengekplorasi makam Tutankhamen yang berada di Mesir. Makam Tutankhamen adalah sebuah makam yang sangat misterius, karena tidak pernah ada arkeolog yang kembali dari eksplorasinya di makan Tutankhamen. Selain itu makam Tutankhamen juga dipercaya menyimpan ribuan harta terpendam. Singkatnya, saat aku dan ayahmu menemukan makam Tutankhamen, kami memiliki perbedaan pendapat. Ayahmu ingin menyerahkannya terhadap Negara, sedangkan aku ingin mengeruknya untuk kepentingan sendiri.”
          “bangsat!” kata Dominic menyela cerita Alvin.
          “hahaha tunggu dulu nak, biarkan aku menyelesaikan cerita ini. Setelah itu ayahmu membawa lari kunci makam Tutankhamen tersebut. Dan dengan terpaksa aku harus membunuh ayahmu saat itu juga” lanjut Alvin tanpa merasa berdosa sedikit pun.
          “jjaaa jjaadiii kamu yang telah membunuh ayah?” seru Ve dengan suara yang parau.

          Mata Ve menyergap-nyergap tidak percaya. Mencoba menelan ludah dan mempercayai apa yang telah dia dengar.
          BUUUUKKKK!! Alvin terhempas jatuh ke lantai. Saat mendengarkan cerita tersebut Dominic  dapat melepaskan diri dan segera menghantam Alvin dengan seluruh kekuatannya.
          “jangan lepaskan dia!” seru Alvin sambil mengusap bibirnya yang berdarah.
          “bajingan, dasar laki laki bajingan! Kamu telah membunuhku hanya demi harta!” teriak Dominic sambil menahan air matanya yang akan segera jatuh.
          “ayaaaah, hiks” tangis Ve mengingat kembali tentang ayahnya.
          “serahkan kalung itu!” Alvin sudah mulai kehilangan kesabarannya.
          “tidak akan aku berikan ke laki laki keparat sepertimu!” jawab Dominic.
          “BERIKAN KALUNG ITU”
          “TIDAK! Sampai mati pun aku tidak akan pernah memberikan kalung ini padamu!
          “baiklah kalau memang itu maumu. Bagaimana kalau adikmu yang tercinta ini harus menjadi korban pertama hari ini?”
          Alvin mendekati Ve perlahan. Kemudian Ve memalingkan wajahnya, dan mengigit bibir bagian bawahnya.
          “jangan sentuh dia dasar bajingan!” teriak Dominic sambil meronta untuk melepaskan diri.
          Alvin menengadahkan dagu Ve dengan paksa. Ve berusaha untuk memalingkan wajahnya tapi tidak sanggup.
          “adikmu memang cantik, persis seperti ibumu” kata Alvin.
          “lepaskan dia!”
          Alvin mengeluarkan pistol dari balik jas hitam yang ia kenakan. Dominic hanya mampu menelan ludah, dan melihat adiknya yang gemetaran. Ve tak sanggup lagi berkata-kata. Detak jantungnya semakin kencang dan ia pun hanya bisa mematung menunggu kejadian selanjutnya terjadi. Dominic pun menghela nafas panjang.
          “jangan sentuh dia, aku akan memberikan kalung ini. Asalkan kamu lepaskan adikku dan biarkan kami hidup tenang” kata Dominic dengan berat hati.
          “nah anak yang pintar, sekarang berikan aku kalung tersebut” jawab Alvin dengan senyum kemenangan.
          “lepaskan aku” kata Dominic kepada mafia yang memegang tangannya sejak tadi.
          Mafia itu pun mengarahkan kepalanya kepada Alvin untuk meminta persetujuan, Alvin pun mengangguk mengiyakan. Setelah dilepaskan Dominic merogoh kantong celana yang ia kenakan. Kemudian dengan sigap dia berlari menuju Alvin dan mengambil pistol yang sedang ia pegang.
          Mafia yang lain tak tinggal diam dan mulai bergerak menuju Dominic. Tapi saat Dominic akan menodongkan pistolnya kepada para mafia, Alvin mondorongnya dari belakang sehingga terjadi perkelahian yang sangat sengit.
          Ve hanya bisa berdiri kaku dan menggenggam kedua tangannya sendiri. Semua perasaan telah berkecamuk didalam hatinya. Ia bingung dan bimbang dengan apa yang akan dia lakukan. Sementara Alvin dan Dominic bergelut memperebutkan pistol tersebut. Kedua mafia yang lain hanya bisa berdiri menyaksikannya. Sampai kemudian..
          DOOOORRRRR!!
          Hening, semuanya terdiam. Terbujur kaku dengan semua yang berlalu dalam waktu hitungan detik. Darah mulai bercucuran membanjiri lantai kayu. Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata apapun. Semua suara menghilang seiring suara tembakan tersebut. Dan seketika sebuah teriakan panjang memecahkan keheningan.
          “TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKK”

Dan yang tersisa di ambang batas ketakutan hanyalah ..
KETIADAAN ..
0 komentar

YANG TERTINGGAL By Utami Masrura Rauf


YANG TERTINGGAL
By Utami Masrura Rauf

Di sebuah rumah yang hanya berdinding dan beralaskan koran, yang terletak di pinggiran rel kereta api, yang ditinggali oleh sepasang suami isteri, Rano dan Desi yang mempunyai seorang anak perempuan yang lumayan cantik, Sari namanya, yang sudah berusia empat tahun. Mereka hidup bahagia walaupun dengan keadaan serba kekurangan mereka masih dapat bertahan hidup.
Dua tahun kemudian, Desi melahirkan Sammy anak laki-lakinya yang lumayan tampan tetapi setelah melihat perkembangannya, anak ini agak bodoh lama kelamaan semakin nampak bahwa anak ini memang  terbelakang. Karena itu Sammy memiliki keterlambatan dalam tahap perkembangannya.
“Anak ini lebih baik kita berikan saja kepada orang lain, pak” Tanya Desi pada suaminya
“loh, emang apa yang salah dengan Sammy, kenapa harus di berikan kepada orang lain” jawab suaminya
“Saya tak sanggup untuk menjaga dan merawatnya lebih baik dia di berikan kepada orang lain untuk dijadikan budak” jawabnya mengeluh
“kenapa kamu ini? Kenapa begitu tega dengan anak sendiri?” Rano tidak mengerti dengan jalan pikiran isterinya.
Desi hanya terdiam dan duduk disebelah suaminya dengan muka yang tidak ceria.
“Untuk apa anak itu kita berikan kepada orang lain? Toh, masih ada kita sebagai orang tuanya yang bisa merawatnya?” Rano menasehati Isterinya.
“Ya terserah kamulah” sambil berdiri dan meninggalkan tempat duduknya dengan ekspresi wajah yang kesal.
Desi selalu tidak senang dengan Sammy, dia hanya menyayangi Sari. dia bahkan selalu memiliki niat buruk terhadap putranya sendiri. Tetapi, niat buruknya selalu dicegah oleh suaminya, Rano.
Suatu hari mereka mengunjungi Pasar malam yang diadakan di alun-alun kota. Mereka pergi dengan berjalan kaki.

“Bu, aku ingin beli topi yang ini!” pinta Sari
“kamu mau yang mana? Yang ini yah?” sambil menujuk topi yang ada di sana
“Bukan aku mau yang satunya lagi”  Sari menunjuk topi yang ingin dibelinya
“Oh yang ini!”
“Bang, yang ini harganya berapa?” Tanya Desi kepada penjual topi
“dua puluh ribu, Bu”
“gak kurang lagi nih bang? Lima ribu aja yah?” sambil mengembalikan topinya ke tempat semula
“ya udah lima belas aj Bu” pinta penjual Topi
“ya sudah, kalau udah gak bisa kurang” ucap Desi pasrah.
Rano juga ingin membelikan baju untuk Sammy, tetapi Desi melarangnya. Rano memang selalu menuruti apa yang dikatakan oleh Isterinya. Padahal Sammy hanya memiliki pakaian-pakaian bekas yang berstel butut. Berbeda dengan Sari yang sering dibelikan pakaian oleh Ibunya.  
Ketidak adilan Ibunya dalam mendidik anak terkadang membuat Sari egois terhadap Sammy bahkan terkadang Sari tidak peduli terhadap Sammy.
Setelah beberapa tahun kemudian, Sari sudah mulai bersekolah dan Sammy sudah mengalami perkembangan dalam berbicara dan mulai bisa bersosialisasi tetapi belum begitu sempurna. Teman-teman Sari mengetahui bahwa Sari memiliki adik yang memiliki keterbelakangan. Sehingga membuat Sari sering di ejek oleh teman-temannya.
“Gara-gara kamu nih, aku jadi bahan ejekan teman-teman di sekolah” bentaknya kepada adiknya.
Sammy hanya menoleh ke arah Sari tanpa terucap satu kata pun olehnya. Karena memang Sammy belum dapat berkomunikasi dengan baik.
“Kenapa Liatin aku mulu? Emang lucu ap?” bentaknya lagi dengan nada yang begitu tinggi.
“Ada apa ini?” kata ayahnya yang mendengar keributan di antara mereka sambil berjalan ke arah mereka.
“Ini yah, gara-gara dia aku jadi bahan ejekan di sekolahan!” jawabnya manja
“Kamu itu harus belajar sabar untuk menjalani semua, kita sebagai orang susah memang selalu dianggap remeh oleh orang lain” ujar ayahnya menasehati.
“Aaarrrghh! Aku benci ayah” teriaknya sambil meninggalkan Sammy dan ayahnya.
Sammy bahkan tidak mengerti apa yang Ayah dan kakaknya katakan karena kemampuan untuk bersosialisasi dan berkomunikasinya memang masih belum sempurna.
Setelah kejadian tersebut Rano jatuh sakit, karena factor ekonomi sehingga Rano tidak dirawat di Rumah Sakit melainkan hanya dirawat oleh Desi dengan cara tradisional. Melihat perkembangannya keadaan Rano makin hari makin memburuk. Dan akhirnya Rano meninggal dunia.
Kepergian Rano dari dunia, membuat keadaan ekonomi mereka semakin miskin karena hutang yang kian lama kian menumpuk. Desi merasa sangat berat untuk menghadapi kenyataan tanpa suaminya, belum lagi ke dua orang anaknya beralih menjadi tanggung jawabnya seorang diri.
Saat Sammy tertidur lelap di dalam rumah mereka. Desi dan Sari meninggalkan rumah, tanpa mengingat bahwa mereka meninggalkan seorang anggota keluarganya yang sedang tertidur lelap. Desi memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung dan memilih bertempat tinggal di gubuk baru setelah menjual beberapa perhiasan dan perabot rumah lamanya untuk melunasi hutang-hutang yang membelenggu keluarganya.
2 tahun, 5 tahun, 7 tahun, 10 tahun setelah kejadian itu, Desi telah menikah dengan seorang pria mapan bernama Sandi. Desi sangat beruntung diperisteri oleh Sandi, mereka telah menginjak tahun ke enam setelah pernikahan, Sandi berhasil mengubah Desi menjadi seseorang yang lebih penyayang dan sabar dan meninggalkan sifatnya yang pemarah, egois, dan tinggi hati. Sari sudah berumur 18 Tahun dan bersekolah di salah suatu sekolah yang bergengsi. Tanpa ada yang mengingat dan peduli lagi dengan Sammy.
Sampai suatu malam, Desi bermimpi bertemu dengan seorang anak yang agak tampan dan sangat terlihat pucat. Anak itu berjalan ke arah Desi sambil tersenyum ia berkata “Tante… tante! Kenal sama Mama saya?? Saya lindu cekaali dengan Mama”. Setelah mengatakan itu anak itu langsung beranjak meninggalkan Desi.
“Tunggu! Sepertinya saya mengenalmu” kata Desi sambil menahan anak tersebut.
Anak itu pun menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke Desi
“Nama kamu siapa?”
“Nama saya Ammy tante”
“Sammy? Kau benar-benar Sammy?”
Desi tersentak dan bangun dari tidurnya. Rasa bersalah, sesal, dan berbagai macam perasaan aneh lainnya menghantui pikiran Desi seketika. Tiba-tiba semua kejadian masa lalu ironis yang telah dialaminya terekam kembali seperti sebuah film di dalam pikirannya. Desi baru menyadari akan perbuatan jahatnya terhadap putranya sendiri, Desi merasa menjadi seseorang yang begitu berdosa dan tidak pntas lagi  untuk hidup di dunia ini. Desi bahkan berniat untuk bunuh diri jarak antara pisau dengan tangannya tersisa 1 cm lagi tiba-tiba bayangan Sammy langsung terlintas kembali di pikirannya.
“Sammy, Mama akan menjemput Sammy!” tegasnya dengan hati yang teguh.
Sore itu, Desi memarkir mobilnya di samping sebuah gubuk dan Sandi memandang Desi dengan heran.
“Ada apa Desi? Apa yang terjadi dengan dirimu?” Tanya Sandi khawatir
“Sandi, aku takut setelah menceritakan kejadian masa lalu ini kamu akan membenciku “ ucapnya takut
Desi tetap menceritakan hal tersebut kepada Sandi dengan terisak-isak.
Ternyata Sandi memang pengertian kepada Desi. Desi merasa begitu bersyukur kepada Tuhan atas keberuntungannya mendapatkan seorang suami yang begitu baik kepada dirinya
Setelah tangisan reda, Desi keluar dari mobil dan diikuti oleh Sandi dari belakang sambil menghampiri sebuah gubuk tua, Desi memandangi gubuk tua yang berada 2 meter di depannya. Desi teringat akan gubuk tua itu telah mereka tinggali bersama selama beberapa tahun, dan bodohnya lagi Desi meninggalkan putranya seorang diri di dalam   gubuk tua tersebut. Dengan perasaan yang sedih dan penuh air mata mengingat kebodohannya Desi berlari menghampiri gubuk tua dan langsung mebuka pintu gubuk yang hanya terbuat dari bambu.
Gelap, tak seorang pun yang ada di dalam gubuk tua itu. Di dalam gubuk itu hanya terdapat kain dan pakaian-pakaian butut yang selalu digunakan oleh Sammy. Desi terkejut, pandangannya lurus kedepan tanpa ada kata yang terucap dari bibirnya. Dengan berlinang air mata Desi keluar dari gubuk itu bersampur dengan rasa menyesalnya yang begitu dalam.
Saat berjalan menuju mobilnya. Langkahnya terhenti oleh suara seorang nenek yang menegurnya.
“hei! Siapa kamu? Mau apa kamu ke sini?” tegur si nenek.
Desi hanya berbalik ke arah nenek tersebut dengan wajah penuh air mata.
“jika kamu adalah Ibu dari anak tersebut sungguh terkutuk dirimu” membentak
“di mana Sammy? Apakah nenek melihatnya?” jawabnya mendesak
“kau sungguh tidak punya hati, meninggalkan anakmu yang tak bersalah di dalam gubuk tua ini” sambil memberikan Desi sepucuk surat.
“surat? surat apa ini?” tanyanya bingung.
“surat itu ditulis oleh anakmu Sammy, dia berusaha belajar untuk menulis selama kamu meninggalkannya, hingga akhirnya dia berhasil menulis sepucuk surat untukmu yang dititipkan kepadaku” jawab si  nenek
Desi segera membuka surat tersebut sambil berjalan menuju  gubuk,
“Selama Mama pergi, yang tertinggal hanyalah. . . . . .!”

The End
 
;